Jumat, 07 Desember 2012
ANALISIS MASALAH PRODUKSI PADA TOYOTA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pengertian dan Fungsi Manajemen
A. Pengertian Manajemen (Definition of Management)
Kata
Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno ménagement, yang memiliki arti seni
melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan
diterima secara universal. Kata manajemen mungkin berasal dari bahasa Italia
(1561) maneggiare yang berarti “mengendalikan,” terutamanya “mengendalikan
kuda” yang berasal dari bahasa latin manus yang berati “tangan”. Kata ini
mendapat pengaruh dari bahasa Perancis manège yang berarti “kepemilikan kuda”
(yang berasal dari Bahasa Inggris yang berarti seni mengendalikan kuda), dimana
istilah Inggris ini juga berasal dari bahasa Italia.[1] Bahasa Prancis lalu
mengadopsi kata ini dari bahasa Inggris menjadi ménagement, yang memiliki arti
seni melaksanakan dan mengatur. Mary Parker Follet, misalnya, mendefinisikan
manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini
berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain
untuk mencapai tujuan organisasi. Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen
sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan
pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan
efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan,
sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar,
terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.Istilah manajemen, terjemahannya dalam
bahasa Indonesia hingga saat ini belum ada keseragaman.
Selanjutnya, bila kita mempelajari literatur
manajemen, maka akan ditemukan bahwa istilah manajemen mengandung tiga
pengertian yaitu :
1. Manajemen sebagai suatu proses,
2. Manajemen sebagai kolektivitas orang-orang
yang melakukan aktivitas manajemen,
3. Manajemen sebagai suatu seni (Art) dan
sebagai suatu ilmu pengetahuan (Science)
Menurut pengertian yang pertama, yakni manajemen
sebagai suatu proses, berbeda-beda definisi yang diberikan oleh para ahli.
Untuk memperlihatkan tata warna definisi manajemen menurut pengertian yang
pertama itu, dikemukakan tiga buah definisi.
Dalam Encylopedia of the Social Sience dikatakan
bahwa manajemen adalah suatu proses dengan mana pelaksanaan suatu tujuan
tertentu diselenggarakan dan diawasi.
Dari gambar di atas menunjukkan bahwa manajemen
adalah Suatu keadaan terdiri dari proses yang ditunjukkan oleh garis (line)
mengarah kepada proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan
pengendalian, yang mana keempat proses tersebut saling mempunyai fungsi masing-masing
untuk mencapai suatu tujuan organisasi.
B. Fungsi manajemen
Dalam Manajemen terdapat fungsi-fungsi manajemen
yang terkait erat di dalamnya. Pada umumnya ada empat fungsi manajemen yang
banyak dikenal masyarakat yaitu fungsi perencanaan (planning), fungsi
pengorganisasian (organizing), fungsi pengarahan (directing) dan fungsi
pengendalian (controlling). Untuk fungsi pengorganisasian terdapat pula fungsi
staffing (pembentukan staf). Para manajer dalam organisasi perusahaan bisnis
diharapkan mampu menguasai semua fungsi manajemen yang ada untuk mendapatkan
hasil manajemen yang maksimal.
Di bawah ini akan dijelaskan arti definisi atau
pengertian masing-masing fungsi manajemen - POLC :
1. Fungsi Perencanaan / Planning
Fungsi perencanaan adalah suatu kegiatan membuat
tujuan perusahaan dan diikuti dengan membuat berbagai rencana untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan tersebut.
2. Fungsi Pengorganisasian / Organizing
Fungsi perngorganisasian adalah suatu kegiatan
pengaturan pada sumber daya manusia dan sumberdaya fisik lain yang dimiliki
perusahaan untuk menjalankan rencana yang telah ditetapkan serta menggapai
tujuan perusahaan.
3. Fungsi Pengarahan / Directing / Leading /
Actuating
Fungsi pengarahan adalah suatu fungsi
kepemimpinan manajer untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi kerja secara
maksimal serta menciptakan lingkungan kerja yang sehat, dinamis, dan lain
sebagainya.
4. Fungsi Pengendalian / Controling
Fungsi pengendalian adalah suatu aktivitas
menilai kinerja berdasarkan standar yang telah dibuat untuk kemudian dibuat
perubahan atau perbaikan jika diperlukan.
1.2 Just in Time
Sistem
pemanufakturan tradisional mengatur skedul produksinya berdasarkan pada
peramalan kebutuhan di masa yang akan datang. Padahal tidak seorangpun yang
dapat memprediksi masa yang akan datang dengan pasti walaupun dia memiliki
pemahaman yang sempurna tentang masa lalu dan memiliki insting yang tajam
terhadap kecendrungan yang terjadi di pasar Produksi berdasarkan prediksi
terhadap masa yang akan datang dalam sistem tradisonal memiliki resiko kerugian
yang lebih besar karena over produksi daripada produksi berdasarkan permintaan
yang sesungguhnya.
Oleh karena itu munculah ide Just In Time yang
memproduksi apabila ada permintaan. Suatu proses produksi hanya akan
memproduksi apabila diisyaratkan oleh proses berikutnya. Sebagai akibatnya
pemborosoan dapat dihilangkan dalam skala besar, yaitu berupa perbaikan
kualitas dan biaya produksi yang lebih rendah. Kedua hal tersebut menjadikan
perusahaan lebih kooperatif. Tujuan utama Just In Time adalah untuk
meningkatkan laba dan posisi persaingan perusahaan yang dicapai melalui usaha
pengendalian biaya, peningkatan kualitas, serta perbaikan kinerja pengiriman.
Just In Time merupakan
filosofi pemanufakturan yang memiliki implikasi penting dalam manajemen biaya.
Ide dasar Just In Time sangat sederhana, yaitu berproduksi hanya apabila ada
permintaan (full system) atau dengan kata lain hanya memproduksi sesuatu yang
diminta, pada saat diminta, dan hanya sebesar kuantitas yang diminta.
Prinsip dasar Just In Time
adalah peningkatan kemampuan perusahaan secara terus menerus untuk merespon
perubahan dengan minimisasi pemborosan. Terdapat empat aspek pokok dalam konsep
Just In Time yaitu:
1. Menghilangkan semua aktifitas
atau sumber-sumber yang tidak memberikan nilai tambah terhadap produk atau
jasa.
2. Komitmen terhadap kualitas
prima.
3. Mendorong perbaikan
berkesinambungan untuk meningkatkan efisiensi.
4. Memberikan tekanan pada
penyederhanaan aktivitas dan peningkatan visibilitas aktivitas yang memberikan
nilai tambah.
Perusahaan-perusahaan meningkatkan
perhatian terhadap keuntungan potensial dari :
1. Membuat pesanan pembelian yang
lebih kecil dan lebih sering.
2. Membangun kembali hubungan
dengan pemasok.
Kedua hal di atas berhubungan
dengan peningkatan minat dalam sistem pembelian tepat waktu (Just In Time).
Pembelian Just In Time adalah pembelian barang atau bahan sedemikian rupa
sehingga pengiriman secara tepat mendahului permintaan atau penggunaan. Dalam keadaan
ekstrim tidak adanya persediaan (barang untuk dijual bagi seorang pengecer,
bahan baku barang dalam proses atau barang jadi bagi seorang produsen) yang
ditahan.
Gambaran
Ringkas Perusahaan
Penerapan
Strategi produksi JIT telah berhasil dilakukan oleh perusahaan Toyota di
Jepang, yang pada saat ini menduduki peringkat atas dalam 200 perusahaan
terbesar di Jepang. Toyota merupakan salah satu perusahaan yang paling banyak
meraih keuntungan di Jepang. Namun manajemen belum merasa puas terhadap hasil
kerja yang telah diraih itu. Pihak manajemen Toyota seringkali melakukan
pengurangan jumlah tenaga kerja di suatu divisi. Kemudian membebani tenaga
kerja yang tinggal untuk tetap mencapai tingkat produktivitas yang sama sebelum
adanya pengurangan. Pada kondisi tersebut para pekerja biasanya akan berusaha
keras mencari gagasan baru agar target produksi atau produktivitas dapat
dicapai. Pengurangan tenaga kerja pada suatu divisi bukan berarti pemecatan,
namun dipindahkan divisi lain atau tempat kerja lain untuk menciptakan unit
kerja baru yang produktif. Bahkan Toyota pernah menutup salah satu gudang
pemasok (suppliers ware house) yang isinya menyimpan material untuk Toyota, dan
mengangkut material tersebut ke pabrik Toyota. Berkat Toyota, pemasok tersebut
dapat menerapkan strategi produksi JIT.
BAB II
ISI
2.1. Masalah yang timbul pada
Toyota
Perusahaan
Toyota, sebuah perusahaan mobil ternama di dunia. Produknya yang banyak
digunakan di berbagai Negara di seluruh dunia menarik minat banyak kalangan, terutama
untuk mengulas tentang kesuksesan Toyota dalam memasarkan produk mobil mereka.
Kinerja yang tinggi dan kontrol kualitas yang sangat baik merupakan salah satu
kunci sukses bagi perusahaan ini. Salah satu kinerja yang digunakan oleh
beberapa perusahaan lain, dinamakan “Toyota Ways”. Jelas saja ini menjadi
sebuah tolak ukur penting bagi kesuksesan sebuah perusahaan ketika cara dan
kinerja dari perusahaan tersebut coba digunakan dan diterapkan dalam perusahaan
lain.
Meskipun demikian, perusahaan
sebesar Toyota pun tidak lepas dari masalah. Di bulan Februari 2010, Toyota
melakukan kesalahan produksi pada pedal gas dan sistem rem. Tentunya ini
mengakibatkan kerugian yang cukup besar bagi perusahaan ini. Penarikan mobil
dari seluruh dunia menjadi jalan keluar yang diambil oleh Toyota demi
mempertahankan kepercayaan pelanggan kepada produk mereka. Setelah
didiskusikan, ternyata ada beberapa hal yang mendasari kejadian ini.
Perusahaan
Toyota yang ingin mendominasi pasar mobil dunia, mencoba inisiasi ke wilayah
Eropa dan Amerika. Runtuhnya United Motors menjadi salah satu gerbang masuk
yang paling ampuh untuk mengambil alih pasar perusahaan otomotif nomor satu di
dunia tersebut. Demi suksesnya produk mobil di wilayah Amerika dan Eropa,
Toyota mengganti namanya menjadi Lexus dengan menyesuaikan design dan
karakteristik mobil-mobil yang diminati masyarakat Amerika dan Eropa.
Rencana inisiasi
ke dua benua yang sangat berpengauh di dunia tersebut ternyata tidak semulus
apa yang dibayangkan. Banyak tuntutan yang harus dipenuhi oleh perusahaan
Toyota termasuk harus membangun pabrik di wilayah Amerika. Tentunya pembangunan
pabrik ini mengalami kendala di mana-mana. Kendala yang paling mendominasi
adalah masalah budaya kerja. Budaya kerja Toyota yang sangat disiplin dan ketat
dalam kualitas ternyata tidak dapat dengan mudah diterapkan di dataran Amerika
dan Eropa. Perbedaan budaya kerja ini ternyata menjadi mata pisau tajam bagi
perusahaan yang sewaktu-waktu dapat menjadi masalah besar. Ini terbukti dengan
adanya masalah pada pedal gas dan sistem rem yang terjadi di bulan Februuari
2010 tersebut.
kualitas dan kinerja dijadikan satu-satunya
alasan yang mendasari masalah ini. Ternyata bila dilihat secara mendalam,
budaya kerja yang tidak sesuai yang menjadi penyebab utamanya. Ketidaknyamanan
para pegawai menjadi salah satu penyebab penurunan kontrol kualitas yang
terjadi di dalam perusahaan. Terlebih lagi bagi pasar Amerika dan Eropa
kualitas produk menjadi nomor satu.
2.2 Pendekatan
Teori
Istilah manajemen mengandung tiga pengertian
yaitu :
1. Manajemen sebagai suatu proses,
2. Manajemen sebagai kolektivitas orang-orang
yang melakukan aktivitas manajemen,
3. Manajemen sebagai suatu seni (Art) dan
sebagai suatu ilmu pengetahuan (Science)
Di bawah ini akan dijelaskan arti definisi atau
pengertian masing-masing fungsi manajemen - POLC :
1. Fungsi Perencanaan / Planning
Fungsi perencanaan adalah suatu kegiatan membuat
tujuan perusahaan dan diikuti dengan membuat berbagai rencana untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan tersebut.
2. Fungsi Pengorganisasian / Organizing
Fungsi perngorganisasian adalah suatu kegiatan
pengaturan pada sumber daya manusia dan sumberdaya fisik lain yang dimiliki
perusahaan untuk menjalankan rencana yang telah ditetapkan serta menggapai tujuan
perusahaan.
3. Fungsi Pengarahan / Directing / Leading /
Actuating
Fungsi pengarahan adalah suatu fungsi
kepemimpinan manajer untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi kerja secara
maksimal serta menciptakan lingkungan kerja yang sehat, dinamis, dan lain
sebagainya.
4. Fungsi Pengendalian / Controling
Fungsi pengendalian adalah suatu aktivitas
menilai kinerja berdasarkan standar yang telah dibuat untuk kemudian dibuat
perubahan atau perbaikan jika diperlukan.
Dengan
adanya masalah tentang kesalahan produksi pedal gas dan rem, maka masalah yang
pertama timbul adalah tentang citra perusahaan TOYOTA.
Menurut
Davies et al (2001) dikatakan bahwa citra diartikan sebagai pandangan mengenai
perusahaan oleh para pedagang saham eksternal, khususnya oleh pelanggan.
Menurut
Gronroos (1984) citra perusahaan dibangun oleh kualitas teknikal yaitu apa yang
pelanggan terima dari pengalaman sebelumnya dan kualitas fungsional yaitu cara
bagaimana servis diberikan kepada pelanggan.
Dua komponen
yang principal dari citra adalah fungsional dan emosional (kennedy, 1997).
Menurut ISO,
manajemen kualitas (mutu) sebagai semua aktivitas dan fungsi manajemen secara
keseluruhan yang menentukan kebijaksanaan kualitas, tujuan-tujuan dan tanggung
jawab, serta mengimplementasikannya melalui alat-alat seperti perencanaan,
kualitas (quality planning), pengendalian kualitas (quality control), jaminan
kualitas (quality assurance), dan peningkatan kualitas (quality improvement).
Kepuasan
pelanggan ini pada dasarnya dibentuk oleh tiga faktor utama mulai dari mutu
produk itu sendiri, harga jual yang kompetitif dan pengiriman (=penerimaan di tangan pelanggan)
tepat waktu. Ketika terjadi kesalahan ataupun kegagalan yang menyangkut salah
satu dari ketiga faktor itu maka sungguh akan besar dampak negatifnya terhadap
citra perusahaan, dalam hal ini citra produknya (brand image). Bila penanganannya kurang
tepat, atau bahkan salah, akan tamatlah riwayat perusahaan itu. Sehingga akan
beratlah kerja keras yang harus dilakukan untuk mengembalikan citra itu kembali
seperti semula.
2.3 Cara
Penyelesaian Masalah
Seperti diketahui di atas, akibat dari
kesalahan yang terjadi pada pedal gas dan sistem rem-nya, Toyota memutuskan
untuk me-recall
mobil hasil produksinya yang telah beredar di masyarakat. Selain itu Toyota
juga menunda penjualan delapan model-nya di AS, termasuk model yang terlaris
yaitu Camry.
Akibat dari kesalahan yang berujung
pada recall itu
tentu saja pangsa pasar mobil di AS menjadi berubah posisinya. Semula Toyota
berada pada posisi kedua setelah General
Motors (GM), maka kini diprediksi Toyota akan turun ke posisi
ketiga dengan GM tetap pada posisi tertinggi dengan penguasaan pangsa pasar
sebesar 18,1%, Ford
naik ke posisi kedua dengan pangsa pasar sebesar 16,6%, sedangkan Toyota
menduduki posisi ketiga dengan 16,5%.
Sementara Toyota sedang terpuruk dalam
masalahnya, pesaingnya, GM, yang merupakan produsen mobil terbesar di AS
siap-siap menerkam pelanggan Toyota. Apa yang GM lakukan sungguh dahsyat.
Tipikal pemangsa di rimba belantara persaingan. GM menawarkan insentif berupa
potongan harga sebesar US$1,000 bagi pemiliki Toyota untuk berganti ke mobil
produk GM.
Demikianlah kondisi pasar yang full-competition. Kepuasan
pelanggan menjadi taruhan utama. Pelanggan yang kecewa menjadi sasaran empuk
untuk direbut oleh pesaing.
Kepuasan pelanggan ini pada dasarnya
dibentuk oleh tiga faktor utama mulai dari mutu produk itu sendiri, harga jual
yang kompetitif dan pengiriman (=penerimaan
di tangan pelanggan) tepat waktu. Ketika terjadi kesalahan ataupun
kegagalan yang menyangkut salah satu dari ketiga faktor itu maka sungguh akan
besar dampak negatifnya terhadap citra perusahaan, dalam hal ini citra
produknya (brand image).
Bila penanganannya kurang tepat, atau bahkan salah, akan tamatlah riwayat
perusahaan itu. Sehingga akan beratlah kerja keras yang harus dilakukan untuk
mengembalikan citra itu kembali seperti semula.
Maka ketika ditemukan identifikasi
kesalahan pada pedal gas dan sistem rem-nya, masalah kualitas yang berhubungan
erat dengan keselamatan, Toyota segera hasil
produksinya. Secara keseluruhan, Toyota me-recall
sebanyak lebih dari 8 juta unit mobil yang sudah berada ditangan pelanggannya. Bayangkan, lebih dari 8 juta unit mobil!
Juga patut dicatat, Toyota bakal mengalami kerugian sebesar US$ 2 miliar
sebagai biaya atas penarikan mobilnya itu. Sungguh, suatu harga yang teramat
besar untuk satu kesalahan. Harga yang teramat mahal untuk mempertahankan citra
baik perusahaan. Harga yang teramat luar biasa untuk tetap fokus kepada
filosofi kepuasan pelanggan.
Itulah bagaimana cara organisasi besar
kelas dunia bertindak menangani kesalahannya. Mereka gentle mengakui
kesalahannya dan meminta maaf secara terbuka di depan publik. Presiden Direktur
Toyota rela membungkukkan badannya dan meminta maaf kepada dunia mengenai
kesalahan produksi yang telah dilakukan perusahaannya. Ini adalah satu contoh
sikap baik pemimpin yang patut kita teladani. Mereka bertindak cepat dan tepat
untuk memperbaikinya. Keluar, dengan me-recall
produknya. Sedangkan kedalam, dengan ketat
lagi dengan membentuk panitia khusus yang dipimpin langsung oleh Presiden
Toyota Motor Corp sendiri yaitu Akio
Toyoda. Maka tak heran bila model organisasi seperti ini tampil
menguasai pasar global.
Toyota melakukan hansei (critical self reflection)
dan memperbaiki organisasinya untuk kembali ke filosofi dasar yang telah
dimilikinya kemudian bergerak cepat merebut kembali posisinya di pasar global.
Tentu saja hal ini memerlukan analisis terhadap akar penyebab kesalahan itu
terjadi (root cause analysis)
dan kemudian melakukan sejumlah tindakan-tindakan perbaikan (countermeasures) yang
tepat dan sistematis. Dan, tentu saja hal ini berarti kembali belajar. Belajar
dari kesalahan.
Mari tetap terbuka untuk selalu
belajar. Terutama belajar dari kesalahan kita sendiri.
BAB
III
KESIMPULAN
Dapat
disimpulkan bahwa pada perusahaan mana pun, bahkan perusahaan besar sekelas
Toyota, masih saja terdapat kesalahan. Namun, hal itu tergantung bagaimana
perusahaan mengatasinya untuk menjadi lebih baik lagi dan tidak membuat
kesalahan yang sama. Seperti Presiden Direktur Toyota yang rela membungkukkan
badannya dan meminta maaf kepada dunia mengenai kesalahan produksi yang telah
dilakukan perusahaannya. Ini adalah satu contoh sikap baik pemimpin yang patut
kita teladani.
DAFTAR PUSTAKA
http://rumahkecilkita.blogdetik.com/index.php/2010/02/kasus-toyota-belajar-dari-kesalahan/
Buku The Toyota Way oleh
Jeffrey K. Liker
ERGONOMI DAN TATA CARA KERJA
BAB I
TEKNIK TATA CARA KERJA, SUATU GAMBARAN KESELURUHAN
1.1. Latar
Belakang Sejarah dan Perkembangannya
1.1.a. F.W.
Taylor dengan Pengukuran Waktunya
F.W. Taylor melihat para pekerja
tidak berprestasi semestinya, yaitu dalam pandangannya Taylor berpendapat bahwa pekerja-pekerja tersebut
menghasilkan dibawah yang sebenarnya dapat dihasilkan. Melalui dua orang
pekerjanya itu Taylor mendapatkan bahwa
hasil kerja sangat dipengaruhi oleh lamanya waktu bekerja, lamanya waktu
istirahat, dan frekuensi istirahat.
Karena peranan penentuan waktu bagi
suatu pekerjaan sangat besar didalam system produksi seperti untuk system upah
perangsang, penjadwalan kerja dan mesin, pengaturan tata letak pabrik,
penganggaran, dan sebagainya, maka pengukuran waktu seperti yang diawali oleh
Taylor dipandang sebagai karya yang besar.
1.1.b. F.B.
Giberth dengan studi geraknya
Ketika melihat pekerja-pekerjanya
bekerja, diapun melihat ketidakefisien gerakan-gerakan kerja menyusun batu
bata. Giberth melakukan penelitian. Gerakan-gerakan kerja yang dilakukan
pekerja diamati dan diteliti antara lain dengan menggunakan kamera-kamera film
untuk merekamnya dan kemudian mempelajari hasilnya dengan kecepatan putar
sangat lambat. Dan didapatkan suatu prosedur untuk menganalisa gerakan kerja
dan memperbaikinya. Yaitu membagi gerakan-gerakan kerja menjadi elemen-elemen
gerakan dasar yang merupakan bagian dari suatu gerakan.
1.1.c.
Pengukuran waktu dan studi gerakan sebagai awal perkembangan teknik tata cara
kerja
Dalam perkembangan, keduanya
dipandang sebagai suatu kesatuan yang dikenal dengan nama “Time and Motion
study” atau studi waktu dan gerakan. Istilah lain yang kerap juga digunakan
untuk hal ini adalah Methods Angineering.
1.1.d.
Perkembangan selanjutnya
Sejak perang dunia II berbagai
penelitian dilakukan seperti tentang kemampuan
dan daya tahan manusia terhadap berbagai keadaan pekerjaan. Hal ini
berkembang terus dengan nama Human Factors Engineering atau Ergonomi.
1.2. Pengertian
dan Ruang Lingkup Teknik Tata Cara Kerja
1.2.a. Definisi
dan pengertian-pengertiannya
Teknik tata cara kerja adalah suatu
ilmu yang terdiri dari teknik-teknik dan prinsip-prinsip untuk mendapatkan
rancangan (desain) terbaik dari system. Teknik-teknik dan prinsip-prinsip ini
digunakan untuk mengatur komponen-komponen system kerja yang terdiri dari
manusia dengan sifat dan kemampuan-kemampuannya, bahan, perlengkapan dan
peralatan kerja, serta lingkungan kerja sedemikian rupa sehingga dicapai
tingkat efisiensi dan produktifitas yang tinggi yang diukur dengan waktu yang
dihabiskan, tenaga yang dipakai serta akibat-akibat psikologis dan sosiologis
yang ditimbulkannya.
1.2.b. Ruang
lingkup teknik tata cara kerja
Ruang lingkup ilmu teknik tata cara dapat
dibagi kedalam dua bagian besar masing-masing pengaturan kerja dan pengukuran
kerja.
Pengaturan
kerja berisi prinsip-prinsip mengatur komponen-komponen system kerja untuk
mendapatkan alternative-alternatif system kerja terbaik.
Prinsip-prinsip
pengaturan kerja
-
factor-faktor manusia
- studi
gerakan
- ekonomi
gerakan
Ada empat
criteria yang dipandang sebagai pengukur yang baik tentangkebaikan suatu system
kerja yaitu pengukuran waktu,pengukuran tenaga, pengukuran psikologis, dan
pengukuran sosiologis.
Dari
prinsip-prinsip pengaturan kerja, dan teknik-teknik pengukuran kerja dapat
didapatkan alternative-alternatif terbaik. Dan setelah itu, langkah selanjutnya
adalah memilih salah satu diantaranya yang terbaik. Sehingga, didapatkan system
kerja terbaik.
1.2.c. Sesuatu
yang dinamis
Tidak ada
cara terbaik, tetapi selalu ada cara yang lebih baik. Adalah suatu motto yang
dikenal dan sangat disadari dikalangan ilmuwan dan pemakai teknik tata cara
kerja. Memang dalam merancang suatu system kerja tidak seorangpun boleh
berhenti setelah mendapatkan suatu rancangan yang dipandang sudah baik.
Kenyataan ini memberi kesan akan terus terjadinya perubahan-perubahan bersamaan
dengan didapatnya system yang lebih baik.
1.3. Penggunaan
Teknik Tata Cara Kerja
1.3.1.
Penurunan
ongkos produksi dan teknik tata cara kerja
Berbagai
teknik yang telah dikembangkan untuk misalnya menjadwal dan mengatur pembebasan
tenaga kerja dan mesin dan semuanya ditujukan untuk mendapatkan keadaan yang
optimal yaitu member keuntungan sebesar-besarnya ditengah-tengah
batasan-batasan yang ada.
Prinsip-prinsip
dan teknik-teknik dalam teknik tata cara kerja berperan dalam perencanaan dan
perancangqan kegiatan produksi, dan lebih dari itu dalam mendapatkan keadaan
yang paling optimal.
1.3.2.
Waktu
baku untuk system upah perangsang
Apapun
cara yang dipakai, semuanya membutuhkan hasil produksi baku yang merupakan
batas diberi tidaknya upah perangsang. Teknik tata cara kerja tidak saja
menunjukan berapa banyak seorang pekerja harus menghasilkan secara minimal
perharinya, tetapi juga menjamin bahwa jumlah yang dihasilkan ini adalah memang
yang terbanyak yang dapat dihasilkan secara wajar karena system atau
system-sistem kerjanya telah dirancang secara baik.
1.4. Isi
Buku
Apa
yang dikemukakan dalam buku ini adalah prinsip-prinsip dan teknik-teknik pokok
dari teknik tata cara untuk memberikan gambaran yang menyeluruh dari ilmu-ilmu
ini serta sekurang-kurangnya memberikan pengetahuan dan kemampuan dasar
menggunakan prinsip-prinsip dan teknik-teknik tersebut.
BAB II
PETA-PETA UNTUK ANALISA KERJA KESELURUHAN
2.1. Definisi Peta Kerja
Peta
kerja adalah suatu alat yang menggambarkan kegiatan kerja secara sistematis dan
jelas (biasanya kerja produksi).
2.2. Lambang-Lambang yang
Digunakan
Menurut
Gillberth, lambing-lambang yang digunakan dalam peta kerja adalah:
1. (LINGKARAN)
untuk operasi
2. (PANAH)
untuk transportasi
3. (KOTAK)
untuk pemeriksaan
4. (HURUF D)
untuk menunggu
5. (SEGITIGA KE BAWAH)
untuk penyimpanan
6. (LINGKARAN DALAM KOTAK)
aktivitas gabungan
2.3. Macam-Macam Peta Kerja
1.
peta-peta kerja yang digunakan untuk menganalisa kegiatan kerja keseluruhan
a.
Peta Proses Operasi
b.
Peta Aliran Proses
c.
Peta Proses Kelompok Kerja
d.
Diagram Aliran
2.
peta-peta kerja yang digunakan untuk menganalisa kegiatan kerja setempat.
a.
Peta Pekerja, dan Mesin
b.
Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan
2.4. Peta Proses Operasi
Peta
proses operasi merupakan suatu diagram yang menggambarkan langkah-langkah
proses yang akan dialami bahan (bahan-bahan) baku mengenai urutan-urutan
operasi dan pemeriksaan.
2.4.a.
Kegunaan peta proses operasi
-
bisa mengetahui kebutuhan akan mesin dan penganggarannya.
-
bisa memperkirakan kebutuhan akan bahan baku.
-
alat untuk menentukan tata letak pabrik
-
alat untuk melakukan perbaikan cara kerja yang sedang dipakai
-
alat untuk latihan kerja
-
dan lain-lain
2.4.b.
Prinsip-prinsip pembuatan peta proses operasi
-
Pertama-tama pada baris paling baris paling atas dinyatakan kepalanya “Peta
Prosas Operasi” yang diikuti oleh identifikasi lainnya: nama objek, nama
pembuat peta, tanggal dipetakan cara lama atau cara sekarang, nomor peta, dan
nomor gambar.
-
Material yang akan diproses diletakan diatas garis horizontal, yang menunjukan
bahwa material tersebut masuk ke dalam proses.
-
Lambang-lambang ditempatkan dalam arah vertical, yang menunjukan terjadinya
perubahan proses.
-
penomoran terhadap suatu kegiatan operasidiberikan secara berurutan sesuai
dengan urutan operasi yang dibutuhkan untuk pembuatan produk tersebut atau
sesuai dengan proses yang terjadi.
-
Penomoran terhadapsuatu kegiatan pemeriksaan diberikan secara tersendiri dan
prinsipnya sama dengan penomoran untuk kegiatan operasi.
2.4.c. Analisa
suatu peta proses operasi
Ada
empat hal yangharus diperhatikan/dipertimbangkan agar diperoleh suatu proses
kerja yang baik melalui analisa peta proses operasi yaitu:
1.
bahan-bahan
2.
operasi
3.
pemeriksaan
4.
waktu
2.4.d. Penutup
Peta
proses operasi berfungsi untuk melihat keadaan proses secara lengkap atau
keseluruhan, untuk keperluan analisa yang setingkat lebih terperinci
dibandingkan peta proses operasi dapat digunakan peta aliran proses.
2.5. Peta Aliran Proses
Peta
aliran proses adalah suatu diagram yang menunjukan urutan-urutan dari operasi,
pemeriksaan, transportasi, menunggu dan penyimpanan yang terjadi selama satu
proses atau prosedur berlangsung, serta didalamnya memuat pula
informasi-informasi yang diperlukan untuk analisa seperti waktu yang dibutuhkan
dan jarak perpindahan.
2.5.a.
Perbedaan peta aliran proses dan peta proses operasi
a.
peta aliran proses memperlihatkan semua aktivitas-aktivitas dasar termasuk
transportasi, menunggu, dan penyimpanan. Sedangkan peta proses operasi,
terbatas pada operasi dan pemeriksaan saja.
b.
pada aliran proses menganalisa setiap komponen yang diproses secara lebih
lengkap disbanding peta proses operasi, dan memungkinkan untuk digunakan
disetiap proses atau procedure, daik di pabrik atau kantor.
2.5.b. Macam-macam
peta aliran proses
a.
petal aliran proses tipe bahan
ialah
suatu peta yang menggambarkan kejadian yang dialami bahan (bisa merupakan salah
satu bagian dari produk jadi) dalam suatu proses atau prosedur operasi.
Misalnya untuk menggambarkan aliran yang dialami bahan saat penerimaan,
pengepakan, dan pengiriman.
b.
petal aliran proses tipe orang
adalah
suatu peta yang menggambarkan suatu proses dalam bentuk aktivitas-aktivitas
manusianya.
Pada
dasarnya bisa dibagi menjadi 2 bagian, yaitu
-
peta aliran proses pekerja yang menggambarkan aliran kerja seorang operator
-
peta aliran proses pekerja yang menggambarkan aliran kerja sekelompok manusia,
sering disebut peta proses kelompok kerja.
2.5.c. Kegunaan
peta aliran proses
a.
bisa digunakan untuk mengetahui aliran bahan
atau aktivitas orang mulai awal masuk dalam suatu proses sampai aktivitas
terakhir
b.
peta ini bisa memberikan informasi mengenai
waktu penyelesaian suatu proses.
c.
Bisa digunakan untuk mengetahui jumlah kegiatan
yang dialami bahan atau dilakukan orang selama proses berlangsung.
d.
Sebagai alat untuk melakukan perbaikan-perbaikan
proses atau metoda kerja.
e.
Bisa digunakan untuk mengetahui jumlah kegiatan
yang dialami bahan atau dilakukan orang selama proses berlangsung.
f.
Sebagai alat untuk melakukan perbaikan-perbaikan
proses kerja.
2.5.d. Prinsip-prinsip
pembuatan peta aliran proses
a.
Peta aliran proses memiliki judul, yang kemudian
diikuti nomor atau nama komponen yang dipetakan, nomor gambar, peta orang atau
peta bahan, cara sekarang atau cara yang diusulkan, tanggal pembuatan, dan nama
pembuat peta. Ini disebelah kanan atas kertas.
b.
Di sebelah kiri atas kertas, dicatat mengenai
ringkasan.
2.5.e. Analisa
suatu peta aliran proses
Salah
satu cara sedrhana untuk menganalisa adalah “Dot and Chech Technique”. Yaitu
dengan mengajukan 6 buah pertanyaan dasar (5W1H) pada setiap kejadian. Dengan
adanya ini, ita bisa melakukan perbaikan-perbaikan. Kemungkinan tindakannya:
a.
Menghilangkan aktivitas-aktivitas yang tidak
perlu.
b.
Menggabungkan atau merubah waktu atau urutan
kerja.
c.
Menggabungkan atau merubah tempat kerja.
d.
Menggabungkan atau merubah orang
e.
Menyederhanakan atau memperbaiki metoda kerja.
2.5.f. Penutup
Untuk
menggambarkan kerja dari sekelompok orang yang bekerjasama telah dikembangkan
bagian dari peta aliran proses yang disebut peta proses kelompok kerja.
2.6. Peta Proses Kelompok Kerja
Merupakan
kumpulan dari beberapa peta aliran proses dimana tiap peta aliran proses
tersebut menunjukan satu seri kerja dari seorang operator.
2.6.a.
Kegunaan peta proses kelompok kerja
a.
Bisa mengurangi ongkos produksi atau proses
b.
Bisa mempercepat waktu penyelesaian produksi
atau proses.
2.6.b. Prinsip-prinsip
pembuatan peta proses kelompok kerja
ü
Mencatat judul, dengan
identifikasi-identifikasinya.
ü
Lambing-lambang yang biasa digunakan peta aliran
proses kecuali penyimpanan.
ü
Tipe peta aliran proses yang menunjukan satu
seri kerja, merupakan anggota dari suatu peta proses kelompok kerja.
ü
Lambing-lambang diletakkan secara berdekatan dan
perubahan lambing menunjukan perubahan aktivitas.
2.6.c. Penutup
Peta
proses kelompok kerja juga bisa digunakan untuk menganalisa hubungan antara
manusia dan mesin. Jadi, peta ini dapat digunakan untuk meningkatkan waktu
efektif dari mesin dan pekerja.
2.7.Diagram Aliran
Merupakan
suatu gambaran menurut skala dari susunan lantai dan gedung, yang menunjukan
lokasi dari semua aktivitas yang terjadi dalam peta aliran proses.
2.7.a.
Kegunaan diagram aliran
ü
Lebih memperjelas suatu peta aliran proses,
apalagi jika arah aliran merupakan factor yang penting.
ü
Menolong dalam perbaikan tata letak tempat
kerja.
2.7.b.
Prinsip-prinsip pembuatan diagram aliran
ü
Pertama-tama ditulis judul peta
besertaidentifikasi-identifikasi lainnya.
ü
Untuk membuat suatu diagram aliran, si
penganalisa harus mengidentifikasi setiap aktivitas dengan lambing dan nomor
yang sesuai dengan yang digunakan dalam peta aliran proses.
ü
Arah gerakan dinyatakan oleh anak panah kecil
yang dibuat secara periodic sepanjang garis aliran.
ü
Apabila dalam ruangan tersebut terjadi lintasan
lebih dari satu orang atau barang, maka tiap lintasan dibedakan dengan warna
bermacam-macam.
2.7.c. Penutup
Diagram
aliran berfungsi melengkapi peta aliran proses. Karena kejelasannya, sehingga
dengan kita bisa memperkirakan dimana kira-kiranya akan terjadi kemacetan
aliran, dan lebih jauh lagi akan mempermudah
perancangan tata letak tempat kerja.
Dikutip dari
Buku “Teknik Tata Cara Kerja” halaman
3-40
Karangan: - Iftikar Z. Sutalaksan
-
Ruhana
Anggawisatra
-
John H.
Tjakraatmadja
Diterbitkan oleh Institut Teknologi Bandung
Langganan:
Postingan (Atom)